Sunday, September 1, 2013

Monday, June 17, 2013

BELIEVE IN GOD's JUSTICE

HANYA TUHAN YANG BISA ADIL !!


Hidup ini mungkin sangat mudah untuk didefinisikan,namun terkadang sangat sulit untuk dijalani. Tak jarang untuk melalui hidup ini, kita sebagai manusia dihadapkan pada lika-liku hidup yang dipenuhi oleh banyak hambatan dan rintangan. Bak sebuah perahu kertas yang berlayar mengikuti arus sungai atau kali dimana alirannya tak menentu. Ada kalanya perahu itu harus terhenti langkahnya untuk berlayar dikarenakan adanya batu-batuan ataupun benda-benda yang menghalangi untuk menuju tempat dimana ia akan berlabuh nantinya. Seperti hidup kita ini, tak semulus dan semudah apa yang kita bayangkan. Tak seindah seperti apa yang kita impikan. Tak selamanya hidup harus berakhir dengan bahagia atau tak bahagia. Namun, semua itu hanya ada satu kunci agar hidup kita seperti apa yang kita inginkan. DIRI SENDIRI. Ya,semua permasalahan hidup di dunia tergantung pada diri kita sendiri. Sebagai manusia ciptaan Tuhan, sudah sepatutnya kita harus berikhtiar, berusaha, mengembangkan rasa optimis, pantang menyerah, dan tawakkal kepada-Nya. Jika suatu saat Anda, saya, mereka atau siapapun menghadapi cobaan hidup misalnya “kurang bisa menerima kenyataan yang telah Tuhan gariskan pada makhluk-Nya”. Tak jarang kan jika setiap individu mengalami seperti ini ? Tidak terkecuali diri saya. Awalnya memang sangat merasa jengkel,frustasi,tak terima dengan semuanya. Emosi,gelisah, atau apapun rasanya yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata bercampur jadi satu. Rasanya benar-benar TIDAK ENAK. Tapi jika kenyataannya seperti itu, harus bagaimana lagi ? Mau tidak mau harus menerima sebuah realita yang tak terelakkan. Meski itu semua berlawanan dengan inginnya kita. Percayalah bahwa dibalik semua ujian hidup itu Tuhan telah merancang dengan seindah mungkin kehidupan kita kedepannya. Dan ingat, Tuhan memberikan semua ini pada kita tak akan mungkin melebihi batas kemampuan kita sebagai hamba-Nya. Semakin banyak dan berat ujian hidup yang Tuhan berikan, maka kita akan semakin tahu seberapa kuatnya kita dalam menghadapinya. Memang dunia fana ini penuh dengan tipu muslihat yang awalnya memang memberikan kenyamanan bagi kita, namun pada akhirnya?? Siapa yang tahu?? Daaaannnnn satu lagi, perlunya kita harus berfikiran positif pada permasalahan yang sedang dihadapi. Meskipun saya akui bahwa untuk “Positive Thinking” sangat tidaklah mudah. Namun, jika di dalam otak kita hanya berisi hal-hal negatif, kapan kita bisa berfikiran positif?? Maka dari itu, marilah kita tanamkan fikiran-fikiran positif yang bisa membuat kita lebih relaks dan fokus dalam mengatasi permasalahan. Masalah bahwa mereka ‘orang lain’ tak adil?? Camkan bahwa sesempurna manusia di dunia ini,tak akan pernah ada yang benar-benar adil. Kita hanya bisa berusaha seadil mungkin ,namun yang hanya bisa adil, hanyalah DIA, TUHAN kita. HANYA TUHAN YANG BISA ADIL !! So, apapun yang kita anggap bahwa orang lain tak adil terhadap kita, maka Tuhan yang hanya bisa memberikan keadilan itu. Segala sesuatu pasti ada balasannya. Dan yang patut membalasnya hanya ‘OUR BELOVED GOD’, Sang Pencipta. “Believe that you’re not alone in this world.”

Sunday, June 16, 2013

Y U I YOSHIOKA

Y U I 

Dare no tame ni ikite iru no ?Saenai hibi o sugoshite Yowasa mo itami mo Dono kurai kanjiteru no?
Tarinai kinou ni obore Yume ni kaita kyou Soroenakute mo yeah yeah Yoake mae no matataku hoshi ha Kiete itta no? Asu he itta no? Tomorrow never knows.. It`s happy line.



Merhaba (‘Hello’),Readers...  Kali ini saya akan berbagi dengan Anda mengenai sosok ternama di negeri Sakura ‘Jepang’. Tahukah Anda ? Yapp, namanya YUI YOSHIOKA. Biasa dikenal dengan nama YUI saja. Yui Yoshioka merupakan penyanyi terkenal asal Jepang yang memulai karirnya sejak kecil. Ia dilahirkan dengan berbagai bakat yang sungguh membanggakan. Selain apik dalam seni tarik suara, ia pun juga pandai dalam memainkan berbagai alat musik seperti piano dan gitar. Dan itulah alasan kenapa diri saya sangat mengagumi sosok Yui yang cantik dan pandai dalam bermusik. Menurut saya, dia adalah artis sekaligus penyanyi yang multitalenta. Gayanya yang keren,kece,anggun dan sporty membuat saya semakin menggilainya. Hampir setiap malam sebelum tidur atau di berbagai waktu yang lainnya tak lupa selalu memutar lagu-lagunya yang enak dan asik buat didengar. Oke readers, tak lama-lama saya berbagi curhatan saya ini langsung saja saya kasih tahu mengenai lagu-lagu Yui yang wajib buat didengar dan dinikmati pastinya. Tak usah khawatir dengan bahasanya. Tinggal tanya mbah ‘Google’ aja. Hehehe... :D
Ini beberapa lagu Yui yang sempat nge-hits dan wajib untuk dinikmati :
1.    GoodBye Days (OST. Tai You No uta)
2.    Tomorrow’s Way
3.    It’s My Life
4.    It’s Happy Line
5.    Laugh Away
6.    Gloria
7.    My Friend
8.    Skyline
9.    Why Me
10.    Your Heaven
11.    Love and Truth ( OST.NARUTO)
12.    Again
13.    Rolling Star
14.    Hello (OST.Paradise Kiss)
15.    Rain

Nah, itu dia lagu-lagu Yui yang nggak bisa saya sebutin satu-satu saking banyaknya. Paling nggak lagu-lagu diatas merupakan saran yang baik & bermanfaat dari saya. Selamat Menikmati... 
Bye...Sampai jumpa di lain waktu~

Me - Love - Friendship Part 2

 To be continued... Kali ini saya akan melanjutkan cerita saya yang kemarin..
“Mama Papa duduk dulu deh! Jelasin ke Aku yang sejelas-jelasnya.”, Aku memohon dengan hati yang mulai tak menentu.
    “Kurang jelas apanya. KITA PINDAH!! Kita akan meninggalkan kehidupan hingar-bingar Jakarta ini dan akan memulai kembali kehidupan baru di Surabaya.”, ungkap Papa sembari duduk bersama Mama di sofa merah marun.
    “Tapi,Pa...”, bantahku.
    “Tama, ini semua demi kebaikan kita semua. Toh,kita juga dapat fasilitas yang memadai disana. Ayolah, kamu harus dukung keputusan Papa dan Mama untuk pindah ke Surabaya.”, rayu Mama.
    “Papa egois!!! Demi karir Papa, Papa korbankan kehidupan keluarga kita di Jakarta. Bahkan, mungkin Papa nggak akan ngerasain rasa kehilangan Tama atas apa yang Tama punya disini. Dan memulai dari nol itu susah,Pa. Apalagi di tempat yang baru, yang selama ini tidak pernah aku bayangkan. Mungkin, aku bakal sulit untuk beradaptasi disana,Pa!”, Aku menyerocos begitu saja tanpa sadar aku telah beranjak dari tempat dudukku.
    “Kamu pasti bisa,Tama. Memang berat rasanya. Tapi, kamu jangan hanya berpikir untuk hari ini. Pikirlah besok,lusa dan masa depanmu.”, Papa masih saja berusaha meyakinkan Aku.
    “Aku bisa meraih masa depanku disini. Nggak perlu ikut Papa dan Mama pindah ke Surabaya.”, bantahku lagi.
   
 “Tama, mengertilah. Kamu juga jangan egois gitu. Papa kepala keluarga disini. Pasti Papa tau,ini adalah jalan terbaik. Kamu harus ikut Mama dan Papa pindah, supaya kamu tetap dalam pengawasan kami. Kami sayang sama kamu. Dan tentu kami juga tidak mau kamu terhanyut dalam derasnya hitam putih Jakarta. Kami tau, kamu tidak bisa ninggalin temen-temen kamu,sekolah kamu,dan hal lain yang senantiasa adala dalam kehidupan kamu disini. Tapi, kembali lagi kepada kamu. Demi kebaikan kamu.”, Omong Mama panjang lebar dengan pasang muka melankolisnya.
    “Argh!!Udahlah,Aku capek!”, kataku sambil bergegas ke kamar.
    “Brakk!!!!”, pintu kamarku kubanting keras.
    Kini, aku hanya bisa melemparkan tubuhku ke tas tempat tidur dan meresapi kehilangan apa yang aku punya sekarang. Aku bakal ninggalin sobat aku,kamar aku,rumah aku,sekolah aku bahkan cewek manis yang aku suka sejak dulu. Apa yang ada di kehidupan aku sekarang akan musnah.....setelah hampir duabelas tahun menjalani kehidupan disini.
    Aku duduk termangu di atas kasur. Berpikir, apa yang akan terjadi nantinya. Mataku tanpa sengaja memandang sekilas foto di atas meja belajarku yang terpajang dalam bingkai pigora disana. Foto Aku,Ryan dan Cassandra. Aku beranjak dari tempat tidur dan meraihnya. Kubawa kembali duduk di atas kasur. Aku memandangnya dalam-dalam. Kurasakan kebersamaan kami dalam untaian kisah manis di sepanjang kehidupan disini. Tak pernah aku berpikir kebersamaan itu akan hilang dalam sekejap mata.
    Sudah tak ada hal lain yang bisa aku lakukan, selain hanya meratapi kenyataan hidup yang harus aku hadapi. Hingga malam berselang, aku masih saja mengurung diri di kamar, tanpa terpikir perut lapar. Dan sesekali Mama mengetuk pintu kamar, mungkin khawatir akan sikapku. Sampai rasa jenuh mulai menghampiri.
    Aku memutuskan keluar kamar dan berjalan lurus ke arah balkon. Rasanya aku harus mengakhiri semua ini. Aku lelah, dan aku tak mampu hadapi ini. Ingin aku lepas dari semua belenggu yang buatku kacau. Haruskah aku melompat, terjun ke bawah dan aku akan terbebas dari ini semua. Betapa bodohnya aku jika harus lakukan hal itu. Tubuhku melemas dan aku duduk berpegang pada jeruji pagar balkon.
    “Kak Tama,Kak Tama jangan sedih...kalo ada hal yang mengganjal di hati,katakanlah! Jangan dipendam sendiri. Berbagilah denganku. Aku tahu, kakak pasti masih mikir soal kepindahan kita. Memang berat rasanya. Tapi,mau gimana lagi?? Kita harus rela jalanin ini...”, suara Saski yang lemah lembut mengalun begitu saja saat tiba-tiba dia muncul dan duduk di sampingku. Aku sama sekali nggak nyangka.
   
 “Tapi, kamu nggak tau Sas apa yang kakak rasain sekarang.”, sahutku masih dengan ekspresi sedih tak berujung.
    “Siapa bilang? Aku tahu apa yang kakak rasain...Kakak berat ninggalin temen-temen kakak,kan? Nggak hanya kakak kok. Aku juga. Bahkan aku harus rela meninggalkan karir aku yang udah aku bangun dari dulu. Aku harus mencopot gelar siswa teladan yang aku telah raih kurang dari sebulan lalu. Padahal, masih banyak program kerja yang harus aku laksanain. Hah, tapi mau apa lagi??”, ungkapnya dengan diakhiri nada sendu.
    “Kamu? Program kerja? Alah...masih kelas 6 SD aja udah belagu. Terus, kamu setuju nggak kita pindah?”, tanyaku kembali.
    “Beraaaattt deh rasanya. Tapi, aku yakin kita juga pasti akan punya kehidupan yang bahagia disana. Karena aku yakin. Apa yang terjadi dalam hidup ini udah diatur sama Tuhan dengan sebaik mungkin.”, jawabnya.
    “Dan Tuhan senantiasa memberikan yang terbaik buat kita. Nggak semua yang kita anggap baik, belum tentu baik bagi kita. Dan sebaliknya, apa yang kita anggap buruk, belum tentu buruk bagi kita. Percayalah, Tuhan tahu apa yang diperbuat-Nya untuk kita. Tuhan Maha Adil...”,sambung mama sembari ikut duduk di lantai balkon bersama kami. Mungkin mama udah mendengar semua pembicaraan kami.
    “Mama...”, Aku pandangi mata Mama dengan senyum tipis di bibirnya, dengan mataku berkaca-kaca. Aku memeluk Mama erat-erat.
    “Maafin Tama,Ma...Tama nggak maksud...”, nada getir yang keluar dari mulutku saat ku masih dalam pelukan hangat seorang ibu.
    “Sudah...Mama ngerti kok perasaan kamu...”, kata Mama dengan masih lemah lembut sambil mengelus punggungku.
    “Mama,Saski juga mau dipeluk...”,rengek Saski dan langsung memeluk begitu saja.
    “Ayo...sudah...kalian jangan berlarut-larut sedihnya. Coba Mama pengen lihat kalian senyum...”, Mama masih saja mengeluarkan kata-kata lemah lembutnya.
    “Mama gimana sih, orang lagi sedih malah disuruh senyum.”, sahut Saski dan melepaskan pelukannya ke Mama, begitupun aku.
    “Ma,kapan kita pindah?”, dengan sedikit sendu, aku berusaha sekuat hati mengatakan hal yang sebenarnya berat bagiku.
    “Hari Minggu yang akan datang.”, jawabnya masih dengan lembut.
    “Berarti, Tama masih punya waktu lima hari untuk menikmati waktu-waktu terakhir kehidupan kita disini. Tama bakal manfaatin sebaik-baiknya, dan Tama pasti akan bisa pergi dengan ringan hati.”, kataku pada Mama dengan segenap rasa yang aku punya, aku berusaha yakinin diriku dengan sebuah senyum.
    “Tama, jadi kamu....”, Mama sedikit kaget.
    “Iya,Ma. Tama...Tama rela kita pindah.”, jawabku lirih.
    “Horeee”, Saski berteriak girang.
    Aku,Saski dan Mama kembali berpelukan dan kami tersenyum lebar. Dan bulan di atas sana, jadi saksi kebahagiaan kami.

    “ Kini ku mengerti,
    Apa arti mimpi itu...
    Meski kenyataan yang menyayat hati,
    Tapi aku bahagia
    Bisa mengenalnya dan
    Bersamanya,
    Meski tak seumur hidup
    Aku jalani...
        Walau ruang,jarak dan waktu
        Akan memisahkan
        kita,
        Kamu akan selalu ada
        di hatiku...”

Bagian 2

    “Brum...brum...brum...”, suara mobil Papa kayaknya udah siap berangkat nih...
    “Ha??Gawat!! Papa udah mau berangkat kerja!”, Aku tergopoh dan langsung lompat dari tempat tidur, lari keluar kamar menuju ke balkon.
    “Papa berangkat dulu ya,Ma...”, Papa berpamitan pada Mama.
    “Iya, Papa hati-hati...Semoga surat-surat kepindahannya bisa cepat selesai diurus.”, balas Mama.
    “Mama doain Papa aja,ya...”, timpal Papa.
    “Papa...Maafin Tama yang kemarin ya?? Tama janji, Tama bakal lebih dewasa lagi...”, Aku berteriak dari balkon atas loteng rumahku.
    “Papa bangga sama kamu. Kamu mau menghargai hidup ini dan mau mengerti keputusan Papa. Papa juga minta maaf ya”, Papa pun berteriak dan mendongakkan kepalanya ke aku.
    “Makasih,Pa...”, sahutku dan aku memberikan hormat pada Papa dan Papa membalas hormatku.
    “Papa berangkat dulu.”, Papa pamit padaku sambil melambaikan tangan dan masuk mobil.
    “Hati-hati, Pa...”, kataku.
    “Selamat jalan...”, Mama melambaikan tangan.
    Mobil Papa sudah berlalu. Mama masuk rumah, begitupun Aku. Aku harus bergegas untuk menjalani hari ini. Karena sudah nggak ada waktu lagi. Lima hari terhitung dari detik ini, aku harus bisa memanfaatkan waktu hidupku disini. Nggak boleh ada kata percuma dan sia-sia buat lima hari ke depan.


    “Teng...teng...teng...”, bel pulang sekolah...
    “Horee”, suara yang sama hampir terdengar di seluruh kelas. Semua siswa langsung berkemas tanpa pikir panjang lagi.
    Aku,Ryan dan Cassandra jalan bareng keluar lingkungan sekolah.
    “Em...Yan,San...Gimana kalo kita main ke Taman Cinta?? Kan kita udah lama nggak main-main kesana.”, Aku membuka obrolan.
    “Yups,aku setuju. Aku juga kangeeeen banget sama suasananya.”, Sandra mengiyakan.
    “Boleh juga. Nanti kita bisa main-main sesuka hati...”, Ryan tak mau kalah.
    “Ya udah, kalo gitu kita langsung cabut kesana aja.”, Sandra sepertinya sudah nggak sabaran.
    “Ayo!!”, Aku dan Ryan menjawab bersamaan.
    Taman Cinta, taman kota dengan segala keindahan yang dipancarkannya. Dipagari pepohonan yang besar dan tinggi serta tanaman perdu yang memberikannya kesan rindang. Rerumputan hijau dengan taman-taman bunga warna-warni mempercantik taman ini. Dan, di tengah taman, air menjulang tinggi seolah menggapai langit, air mancur dan kolam dengan air yang hijau serta teratai yang mengapung di atasnya. Bangku-bangku taman juga tersebar di sekitarnya. Apalagi kalo malam datang, lampu-lampu taman di sana-sini bersinar redup diselimuti langit bertahtakan bintang dan pancaran sang rembulan, tak khayal...Suasana romantis pun akan hadir menghiasi.
    “Argh...Argh...”,Sandra teriak-teriak saat kami bermain kejar-kejaran.
    “Hayo lho...mau lari kemana??”, Ryan menghadang Sandra.
    “Bagus,Yan. Sandra nggak bisa lari lagi. Kita keroyok,yuk! 1...2...3...”, kataku.
    “STOP!!!”, Sandra mengarahkan tangannya ke depan dan telapak serta kelima jarinya terbuka mengisyaratkan berhenti. Aku dan Ryan pun diam di tempat..
    “Kalian curang, masa dua lawan satu. Cewek lagi yang dikeroyok. Ah, nggak bisa gitu dong!!”, Sandra nggak terima.
    “Terus, gimana dong??”, tanyaku.
    “Cewek tuh harusnya dilindungi, bukannya dikeroyok. Sekarang kalian suit, yang menang gendong aku sampai bangku taman di sana itu. Aku kan capek.”, kata Cassandra.
    “Hah??”, Aku dan Ryan penuh tanda tanya.
    “Kok gitu sih, San...”, Ryan berusaha membantah.
    “Ya udah. Kita nggak usah temenan lagi!”, Sandra buang muka.
    “Iya,iya...nih kita mau suit. Tapi, kita terus temenan ya...”, sambungku spontan
    “Yah, payah lo...”, Ryan ngatain aku.
    “Udah, ikut aja...”, paksaku.
    “1,2,3...1,2,3...1,2,3...”, Aku dan Ryan sibuk suit sendiri.
    “Yes, aku menang...tiga kali berturut-turut lho...”,Aku menarik kedua tanganku ke belakang.
    “Hahahaha payah lo...”, tambahku.
    “Heh, aku tuh sengaja ngalah sama kamu. Biar kamu aja yang nggendong Sandra. Hehehe”, Ryan mencibir.
    “Dasar!! Curang lo, nggak serius.”, ujarku.
    “Aduh, lama banget sih! Cepetan dong! Aku udah kepanasan nih...”, Sandra mulai manja.
    Aku pun jalan ke dekatnya dan jongkok di depannya.
    “Ayo naik! Katanya minta digendong...”, perintahku.
    Cassandra naik ke punggungku dan aku pun berusaha sekuat tenaga buat nggendong dia. Ya, meski agak berat sih...
    “Selamat menikmati ya,Coy.”, Ryan meledek sambil lari mendahului aku.
    “Awas kamu ntar,ya...”, responku.
    “Argh...Gubrak!!#$%^*@”
    Aku dan Cassandra jatuh ke rumput—Kayak di mimpiku,ya??—
    “Aduh....Tama...Gimana sih kamu??”, Cassandra merengek.
    “Aduh, sori-sori. Aku tadi nggak sengaja”, Aku mulai kebingungan.
    “Lihat nih...lututku lecet. Periiih.”, ungkap Cassandra.
    “Mana? Coba aku lihat. Aduuh, Huh...huh...huh...”, Aku berusaha menenangkan Sandra dengan meniup lukanya.

 Dan kutau,
Kau masih sendiri,
Ada rasa
Yang masih tersisa
Saat ini,
Ku masih menunggu dirimu
karna ku mencintamu
Aku masih cinta
Cinta kepadamu
Aku masih rindu
Rindu di pelukmu
Tiada pengganti dirimu
Yang bisa membuatku
semakin berarti...

    “Kamu belajar ilmu dukun dimana?”, tanya Cassandra.
    “Ilmu dukun? Ngomong apa sih kamu? Ngaco aja.”, jawabku masih sambil kebingungan.
    “Nah itu,kamu tadi niup-niup lukaku”, sahutnya.
    “Ah, kamu ini ada-ada aja. Ya udah kamu aku bopong ke bangku taman dan kita obatin lukanya. Kebetulan aku bawa P3K.”, timpalku.
    “Ayo! Pelan-pelan tapi...”, Sandra wanti-wanti.
    “1,2,3...Ati-ati...”, Aku mulai mengangkat badan Sandra dan membopongnya.
    “Aduuuhh...”, Sandra mengaduh.
    “Sabar,sabar. Bentar lagi nyampek tuh.”, Aku masih saja berusaha menenangkannya.
    “Nah...Akhirnya sampai juga.”, kataku.
    “Aah,huh...Aduh, cepetan dong ngobatinnya...”, Sandra nggak sabaran pengen diobati.
    “Ceile...yang baru jatuh. Baru juga lecet kecil. Udah aduh-aduh. Kenapa nggak nangis sekalian. Hahaha”, Ryan meledek.
    “Udah, kamu tuh orang lagi kesakitan nggak ditolongin malah diejek.”, balasku.
    “Huh...hah...”, Sandra berusaha mengurangi rasa perih dengan meniup-niup lukanya.
    “Nih, luka kamu aku bersihin dulu,ya...”, Aku membersihkan luka Sandra dengan kapas yang sebelumnya dicelupin refanol.
    “Auw,Aduh...Pelan dikit ngapa!? Kan perih.”, Sandra mengaduh lagi.
    “Sori-sori, emang kayak gini. Than bentar ya...”, Aku berusaha menenangkan lagi.
    “Katanya mau cepet beres lukanya. Gitu aja ngaduh-ngaduh.”, Ryan mengejek lagi.
    “Kamu kan nggak ngerasain perihnya. Auw...Perih.”, timpal Cassandra.
    “Udah nih, tak kasih hansaplast.”, kataku perhatian.
    “Pelan-pelan...”, ujarnya.
    “Nih, aku kasih minuman. Kasihan banget deh kamu.”, Ryan menyodorkan segelas air mineral dan aku sibuk membereskan kotak P3K.
    Kami bertiga duduk bersama dalam satu bangku itu. Kami masih saja bersenda gurau. Tawa-tawa kecil pun muncul. Dan kami, menikmati hari ini.

    Bulan purnama menebarkan pesona indah cahayanya pada sang malam. Bintang tak begitu banyak yang berkedipan di langit kelam. Aku termangu di jendela kamar, diam sambil menatapnya.
    “Hush!!!”, Ryan menganggu penerawanganku dan akupun tersadar, sontak mataku tertuju ke jendela seberang.
    “Hayo lo malam-malam di jendela ngelamun aja. Kesambet kamu nanti, baru tau rasa!?”, tambahnya.
    “Eh kamu,Yan.”, jawabku ketus.
    “Iya ini aku emangnya hantu?? Udah mulai ngaco kamu. Kesambet nih...Wah, beneran kesambet ni anak. Makanya, jangan ngelamun aja. Gitu tuh jadinya. Gimana sih kamu??”, cerocosnya.
    “Lo sobat, tapi bego ya?”, kataku sinis.
    “Gila lo... enak aja ngatain aku seenaknya. Maksud kamu apa sih? Ruwet banget ngomong sama kamu.”, balasnya.
    “Kamu nih gimana sih,Yan? Kamu tuh harusnya ngerti, sobat kamu ini lagi ada masalah. Masa temenan udah lama nggak ngerti-ngerti juga gerak-gerikku.”, omelku.
    “Sori-sori, gitu aja marah. Kemana selera humormu? Emang ada apa sih? Kamu katanya temen...sobat...tapi nggak mau sharing. Ya,gimana aku bisa bantu??”, sahutnya.
    “Hah...udah nggak usah dibahas. Aku punya ide nih. Tapi, kamu mau nggak?”, kataku.
    “Wong idenya apa aku nggak tau, gimana mau komentar?”, jawabnya.
    “Besok, abis jam istirahat, kita cabut dari sekolah. Kita jalan ke suatu tempat. Itung-itung permintaan maaf aku ke Sandra karena udah bikin dia jatuh dan luka. Mau nggak ?”, ajakku.
    “Hm...”, Ryan bengong dan kedua matanya seolah mau keluar dari kelopaknya.
    “Gila kamu,Tam. Kesambet setan mana kamu?”, sambungnya.
    “Alah...mau nggak? Kao nggak mau, ya aku kabur sama Sandra aja sendiri. Malah asyik berduaan doang. Nggak ada pengganggu kayak kamu.”, ancamku.
    “Yah, enakan kamu sendiri dong!? Aku ikut deh. Nanti Sandra kamu apa-apain lagi, kalo aku nggak ikut.”, katanya setuju.
    “Enak aja. Ya nggak mungkinlah. Ok, yang penting kita besok jadi jalan. Deal?? Ayo, deal dulu dong.”, seruku sambil menyodorkan tangan.
    “OK!! DEAL.”, Ryan juga menyodorkan tangannya dari jendela seberang.
    “Kalo gitu, aku mau telfon Sandra sekarang. See you,Pren.”, sambungku semangat sambil meninggalkan jendela kamar.
    “Lah,pergi gitu aja...”, gerutu Ryan.
    “Gitu San ceritanya...Mau ikut,kan? Please...biar aku nggak ngerasa bersalah ke kamu. Nebus dosa gitulah.”, Aku memohon.
    “Em...gimana,yah?”, jawab Sandra sedikit ragu.
    “San,please....sekali ini....sebelum aku pergi.”, rengekku.
    “Pergi kemana kamu?”, Sandra balik tanya.
    “Eh, nggak...nggak kemana-mana. Pokoknya iya,ya?? Kamu ikut!?”, pintaku dengan sangat-sangat memohon.
    “Iya deh...Apa sih yang nggak buat persahabatan kita.”, katanya.
    “Yes!! Thanks ya, San...Kalo gitu, sampai ketemu besok ya...Konbanwa* ”, aku menutup pembicaraan.
    “See you,too...”,salam penutup Sandra diikuti tutup telfon.
    “Hah,besok harus sukses.”, kataku dalam hati sambil merebahkan badan ke atas kamar, hingga aku terlelap dalam tidur.

    “Yeee,Hahaha...”
    “Seru banget ya tadi main Jet Coasternya...”, ujar Sandra.
    “Seru apanya? Aku mau muntah,nih...huwekk”, Ryan kolokan, nggak kuat dibikin pusing Jet Coaster.
    “Iih,jorok!”, Sandra menutup muka dengan kedua telapak tangannya.
    “Ah,kuno banget sih kamu, kayak nggak pernah naik Jet Coaster aja.”, ledekku.
    “Huwek...huwek...”, Ryan masih mau muntah.
    “Aduh,kalo mau muntah cepetan dong!! Jangan huwak-huwek nggak jelas gitu. Jadi muntah nggak sih?”, gerutuku.
    “Hi...aku nggak mau lihat orang muntah. Ah, aku kabur dulu ya...”, Sandra lari meninggalkan kami.
    “Udah...Nih,minum air mineralnya...”, kataku sambil menyodorkan botol air mineral.
    “Huh...Aku sih nggak bakal muntah. Emang gini efek sampingnya kalo aku naik Jet Coaster. Pengen muntah,tapi nggak bisa muntah.”, ungkapnya sambil meraih botol air mineral.
    “Ada-ada aja kamu.”, Aku sedikit heran.
    “Glek,glek,glek, ah...segerrr. Thanks ya,Bro. Emang ini obat paling mujarab.”, dia tenggak air mineral dalam botol hingga tinggal separo dan meyodorkannya kembali ke aku.
* Konbanwa : selamat malam dalam bahasa jepang
    “Bisa aja kamu. Udah, sekarang Sandra ilang. Cepetan cari dia, yuk...”, ajakku.
    “Tama...Ryan...”, suara Sandra dari kejauhan.
    “Dimana kamu,San?”, Aku berteriak dan memandang sekitar,tapi tak ku jumpai sosoknya.
    “Disini...di atas sini...”, Sandra membalas teriakanku.
    “Busyeeettt. Dia udah seneng-seneng naik Bianglala.”, Ryan tercekat saat melihat Cassandra berada dalam salah satu keranjang. Bianglala yang sedang berputar ke atas.
    “Hati-hati, San...”, ujarku keras.
    “Dagh...”, Sandra melambaikan tangannya. Kelihatannya bahagia banget.
    “Eh,dia tuh udah gedhe nggak perlu kamu kasih tau,dia juga bakal hati-hati kok. Nggak usah parno gitu deh.”, Ryan sewot.
    “Iya,iya...Sewot aja.”, timpalku.
    Musik Komidi Putar dekat Bianglala menarik perhatian kami.
    “Eh,kita naik Komidi Putar,ya...pasti nanti lucu. Ayo!”, ajak Sandra.
    “Aduh,umur kamu berapa,San? Udah naik Bianglala,sekarang tertarik pengen naik Komidi Putar. Ampun bener-bener deh.”, komentar Ryan.
    “Iuh, sebel!”, Sandra pasang muka jutek dan manyun.
    “Yan,kita kan kesini buat having fun. Ya nggak papa dong cobain semua permainan...”, nasehatku.
    “Iya deh...”, Ryan mengiyakan.
    “He...lucu banget ya. Udah lamaaa aku nggak main kesini. Makanya, sori ya kalo aku agak kekanak-kanakan. Hehehehe”, ungkap Sandra sambil naik turun nunggang kuda Komidi Putar.
    “Hm...hm...”, aku cuma senyum tipis.
    “Eh, Ryan kayaknya kecapaian tuh. Liat,masak sambil nunggang kuda,matanya merem. Hihihihihi. Kita kagetin yuk!”,usul Sandra.
    “Boleh juga,hahahahahahaha”, Aku setuju.
    Aku dan Sandra turun dari tunggangan dan mendekati Ryan.
    “Itungan ketiga, kita teriak kagetin dia,ya...”, Aku memberi petunjuk.
    “Sip...”,Jempol Sandra diangkat tanda setuju.
    “Satu...dua...ti...”,belum selesai aku memberi aba-aba...
    “Wa...nah lo...Hahahahahaha”, Ryan udah lebih dulu ngagetin Aku dan Sandra.
    “Iih...Ryan ngagetin aja...”, Sandra berujar.
    “Hahahahahahaha,nggak kena...nggak kena...”,Ryan goyang-goyang di atas tunggangannya karena merasa sukses balik ngerjain kami.
    “Hebat lo,salut deh...!!!”, kataku.
    “Yes,gimana guys?? Satu kosong...Makanya nggak usah punya niat ngerjain Ryan deh,nanti bisa senjata makan tuan. Hahahahahaha...”, ledek Ryan usai turun dari komidi putar.
    “Aah, udah-udah. Kita beli gula kapas ,yuk!”, ajak Sandra.
    Setelah gula kapas ditangan,kami pun berkeliling menikmati wahana rekreasi tersebut. Banyak ria canda yang mengiringi langkah kami disana. Pokoknya seru dan have fun banget.

    “Sandra...Sandra...Udah siang nih,ayo berangkat sekolah...”, Aku dan Ryan berdiri di depan pagar rumah Cassandra udah nggak sabar liat dia keluar.
    “Sandra...,buruan dongggg...Teng,teng,teng.”, Ryan udah nggak sabaran bahkan sampai mainin pegangan grendel pagar.
    “Eh,sabaran dikit napa?”, sahutku.
    “Kebiasaan. Cewek dimana-mana suka kelamaan dandan.”, timpal Ryan ketus.
    “Maaf,mas...Non Sandra...”, belum selesai pembantu Sandra yang baru nongol di pagar.
    “Lho, kok Bi Ijah yang keluar? Kita cari Sandra,bi...Masa Bibi mau ikut kita sekolah, kan nggak lucu. Hehehehe...”, potong Ryan tanpa rasa bersalah dan cengengesan.
    “Alah...Diem lo!? Pagi-pagi udah kumat.”,sambutku jengkel.
    “Peace,bro...”, kedua tangannya diangkat sambil ngacungkan telunjuk dan jari tengahnya.
    “Anu, Non Sandra sekeluarga pagi-pagi sekali sudah berangkat ke Lembang...”, kata Bi Ijah pelan.
    “Mau ke puncak ya, Bi? Kan masih hari Kamis.”, potong Ryan lagi.
    “Busyet dah,dibilangin suruh diem juga!”, sambungku.
    “Hehehehehe”, Ryan cengengesan.
    “Ehm..neneknya Non Sandra sedang sakit keras, dan keluarga besarnya diharapkan untuk berkumpul semua disana”, jelas Bibi.
    “Oo, gitu ya,Bi? Jadi nggak masuk sekolah dong, Sandranya.”, Lagi-lagi Ryan ngoceh tanpa dosa.
    “Ya jelas bego!!”, Kubenturkan pundakku ke pundak Ryan.
    “O,iya...ini surat ijinnya. Tolong disampaikan ke gurunya Non Sandra,ya? Terimakasih sebelumnya.”, Bi Ijah menyodorkan amplop putih,surat yang ditujukan untuk guru pengajar.
    “Siip, bereeeessss. Serahin sama ketua kelasnya.”, Ryan langsung aja mencomot surat itu.
    “Ya udah Bi,Kami berangkat dulu. Mari Bi...”, pamitku dengan tampang sok ramah.
    “Dagh, Bi Ijah...”, tangan Ryan melambai masih dengan muka cerah tanpa rasa bersalah. Bi Ijah juga Cuma balas senyum dan geleng kepala.
    “Jadi,untuk penulisan nama latin tersebut syarat-syaratnya adalah Bla..bla..bla..”
    Jam pelajaran Biologi yang membosankan. Ditambah Sandra nggak masuk sekolah lagi. Jadi nggak ada yang bisa buat “cuci mata” selain bangku kosong yang dia tinggalin. Seisi kelas antusias mengikuti pelajaran,sedangkan aku sama sekali nggak bisa konsen bahkan aku melamun. Sandra lagi apa,ya? Andai dia hari ini masuk...Hah...kenapa harus begini??
    Pikiranku terbang tinggi melambung di awang-awang sampai aku nggak sadar dan...
    “Ptak!?#$@”,kapur kecil melayang ke jidatku.
    “Aduh!!”.responku spontan dan sedikit keras.
    “Hahahahaha...”,seisi kelas menertawakanku dan mukaku pun juga jadi merah,sambil masih ku ucel-ucel jidatku bekas lemparan kapur.
    “Tama!! Kalo kamu nggak suka ikut pelajaran Bapak,lebih baik kamu KELUAR...!”, Bentak Pak Gustam,guru Biologiku yang lumayan galak.
    “Tapi,Pak...”,bantahku.
    “KELUAR!!”,Bentaknya lebih tegas sambil mengarahkan jari telunjuknya ke pintu.
    “I...i...iya,Pak.”, Aku Cuma pasrah dan beranjak dari bangkuku jalan keluar kelas.
    “Payah.lo...Malu-maluin aja...”
    Ryan mengejekku saat kami duduk bersama nikmati makanan di kantin.
    “Aah...Aku lagi apes aja.”,bantahku.
    “Eh,ngomong-ngomong lo kenapa sih? Akhir-akhir ini,ya...Kamu tuh aneh.”,katanya.
    “ANEH??”, Aku balik nanya.
    “Iya,Aneh. Masa kamu nggak ngrasa?”,timpalnya.
    “Maksud kamu ??” ,Aku masih nggak paham.
    “Mulai dari muka ditekuk,kelakuan nggak wajar,suka bengong sampai berani ngajak “cabut” dari sekolah, kalo bukan aneh terus apa dong??”,ungkapnya.
    “Emang gitu? Mata kamu meleng kali? Bangun dong! Ngimpi lo ye?”,Aku berusaha menghindar.
    “Udah,ngaku aja...Kita kan Pren. Wajib saling membantu. Ngomong aja...nggak bakal deh,mulut gue “ember”. Percaya!? Bergaransi lho...”,rayu Ryan.
    “Hah...”,Aku menghela napas panjang.
    “Hari Minggu, aku bakal ninggalin ini semua. Hidupku dan semua yang kumiliki disini.”, Sambungku.
    “Uhuk!? Uhuk...huk...huk...”,Ryan tersedak bakso yang asyik disantapnya.
    “Woi...Santai,Bro...”, Aku tepuk-tepuk punggungnya.
    “Glek...glek...glek...”,Ryan langsung menenggak es jeruk di depannya.
    “Maksud lo?? Emang lo mau kemana? Ke Surga?”, Tambahnya usai minum dengan masih kaget dan bertanya-tanya.
    “Enak aja ke Surga. Aku masih belum mau mati,Dodol!!”, Ujarku.
    “Terus??”
    “Aku harus ikut bonyok sekeluarga pindah ke Surabaya...”, Kataku pelan.
    “Pindah? Kamu sekeluarga pindah?? Ke Surabaya lagi. Aduh,gawat! Aku nggak kuat kalo harus pisah.”, muka Ryan berekspresi sedih--sedikit maksa sih--.
    “Aku juga, dan ini keputusan yang nggak bisa diganggu gugat.”, Timpalku.
    “Oh...TIDAKKKKK...Nasi Goreng Spesial bikinan nyokap lo nggak bisa gue nikmatin lagi dong? Padahal aku udah cinta mati...Hiks...hiks...hiks...Aku pasti bakalan kangen.”, Ryan memelukku.
    “%#@!?/*”, Aku bingung.
    “Eh,apa-apaan sih??”, Aku ngelepasin pelukannya.
    “Kok kamu nggak cerita-cerita ke aku?”,tanyanya.
    “Lhah...barusan...?”, Jawabku.
    “Kenapa nggak dari dulu ??”, tanyanya lagi.
    “Alah, nggak penting.”, Jawabku singkat sambil terus makan bakso.
    “Nggak penting gimana?? Persahabatan kita? Nasi goreng gue?”, Ungkapnya.
    “Makanan aja yang kamu pikirin...”, Aku masih terus ngelahap bakso tanpa menatapnya.
    “Kok kamu jadi nggak peduli gini??”, Ryan mulai naik darah.
    “Ya,mau apa lagi? Emang gini kenyataannya,kan?”, Aku masih dalam posisiku.
    “Eh, kamu nggak bisa dong ngomong kayak gitu. OK,kamu boleh pindah. Tapi setidaknya mikir dong sedikit buat persahabatan kita yang bakalan sulit kita jalin.”, Nada-nada dan perkataannya meninggi bahkan dia melupakan baksonya.
    “Alah...udah nggak usah pusing mikirinnya.”, kataku tanpa serius menanggapi dan masih asyik nikmatin bakso.
    “Brekk!!?”, Ryan menggebrak meja.
    “Gue nyesel sobatan sama lo!!”, Dia pergi meninggalkanku dengan hati yang membara.
    Aku hanya diam,nggak tau mau berbuat apa. Mungkin, aku...memang ‘Manusia Bodoh’.

    Lusa, aku sudah nggak ada disini. Kehilangan semua yang aku punya. Kemarin aku telah banyak berbuat bodoh hingga aku merusak hari-hari terakhirku. Cassandra pergi tanpa pamit padaku dan nggak jelas kapan kembali. Ryan lagi marahan sama aku. Padahal, waktuku udah nggak banyak lagi. Tapi, Hah...rasanya emang lebih baik aku cepat pindah. Lepas dari kepenatan ini.
    Aku harus minta maaf sama Ryan. Sayangnya, jendela kamarnya terkunci rapat dan ditutup gorden hingga tak bisa aku jumpa dirinya. Bahkan pagi tadi di sekolah aku nggak lihat batang hidungnya, kecuali di kelas saat jam pelajaran. Sepertinya dia menghindar dariku. Sampai-sampai saat berpapasan, dia acuh padaku.
    Apa, aku harus nyamperin dia ke rumahnya,ya?
    “Tok...tok...tok...”, Aku ketuk pintu rumah Ryan dan tak lama ibunya membukakan pintu.
    “Ee...Nak Tama.”, Sapanya.
    “Malem Tante...Em..Ryan ada Tante?”, balasku.
    “Waduh, Ryan nggak ada di rumah. Dia nginep beberapa hari di rumah pamannya di kompleks sebelah.”, Ungkapnya.
    “Lho,kenapa Tante?”, tanyaku ingin tahu.
    “Kebetulan sepupunya ulang tahun hari ini...dan selebihnya dia pengen cari suasana baru. Bosen di rumah katanya. Nak Tama nggak dikasih tau sama Ryan?”, jelasnya.
    “Oo gitu ya, Tante. Ryan nggak ngomong apa-apa kok Tan...Kalo gitu,Tama pamit dulu aja.”, Ujarku sedikit kecewa.
    “Lho,kamu nggak pengen masuk dulu?”, Ajaknya ramah.
    “Nggak usah, Tan...Lagian kan saya harus bantu Mama beres-beres untuk persiapan pindahan.”, Jawabku.
    “Kalo gitu kamu tunggu sebentar ya? Ada titipan buat Mama kamu.”, Ibu Ryan masuk ke dalam rumah dan Aku berdiri sendiri di depan pintu—berharap dapat sesuatu,hehehehe...--
    Tak lama kemudian, ibu Ryan keluar dan membawa sebuah kotak kardus tanggung.
    “Ini ada sedikit kue buat Mama kamu sekeluarga. Asli bikinan Tante sendiri lho...dan tolong sampaikan sama Mama kamu,Tante masih belum sempat bantu-bantu beresin barang-barang untuk pindahan. Maklum,Tante lagi sibuk. Ini diterima kuenya...”, Ibu Ryan menyerahkan sekotak kue itu padaku.--harapanku terwujud.—
    “Ah, makasih banyak ya Tante. Jadi merepotkan. Ya udah,Tama pulang dulu. Mari Tante...”, Aku menutup pembicaraan dan jalan ke rumah.

    “Ryan, tunggu!!”, teriakku saat Ryan jalan di depanku di gerbang sekolah.
    “Pagi-pagi gini nggak usah ngajak berantem,deh.”, Ryan yang berhenti sejenak dari langkahnya justru membalas ketus teriakanku.
    “Yan, dengerin aku. Aku mau minta maaf sama kamu. Soal yang kemarin itu, aku nggak ada maksud buat nge...”, belum selesai aku berikan penjelasan.
    “Udah, nggak usah dibahas lagi.”, balasnya acuh dan kembali melanjutkan jalannya.
    “Tapi, Yan... Aku...”, Ryan melenggang jauh meninggalkan aku.
    Aku “cabut” lagi dari jam pelajaran dan kabur ke kantin. Aku udah capek dengan segala kebodohanku yang merusak,mengahncurkan semuanya. Hari ini, hari terakhirku disini. Sandra nggak ada kabar sama sekali. Ryan bahkan sudah nggak peduli sama aku. Bagaimana bisa aku punya kenangan indah sebelum aku pergi. Bahkan mungkin, kata pamitku tak akan pernah sampai ke telinga mereka.
    Dua  mangkuk Bakso, tiga gelas es jeruk ternyata masih tak cukup bantu aku ngilangin beban pikiranku. Bahkan semalam sebelum tidur, aku sempat netesin air mata saat merenung di atap. Meskipun penerawanganku nilainya NOL BESAR. Abis aku bener-bener lagi ERROR,kacau,putus asa,seolah benar kata Glenn Fredly, ‘Sedih tak berujung’.
    Hah....AKU INGIN BEBAS!!!
    LEPAS DARI SEMUA MASALAH!?
Aku kehilangan semuanya...


MY FACTS

Kali ini saya ingin berbagi dengan Anda sesuatu hal yang berbeda dari biasanya. Bisa dibilang topik kita kali ini tidak begitu penting namun perlu untuk dibuat penting. Tidak harus dipedulikan namun wajib untuk dihiraukan. Bagi Anda yang ‘KEPO’ mengenai  S A Y A, inilah berbagai fakta tentang saya : (sebelumnya dilarang protes, hehehe...)
1.    Suka menulis cerpen, novel ataupun puisi di saat waktu luang. Suka nggambar juga.
2.    Phobia sama mie ayam.
3.    Cukup narsis di depan kamera.
4.    Suka bermain musik.
5.    Suka seni melipat kertas/origami meskipun tak cukup cakap dalam membuatnya.
6.    Takut dengan yang namanya ‘kodok’ atau katak dan cicak.
7.    Suka dengan hal-hal mistis, dikarenakan sering dan suka menonton film horor khususnya horor Thailand.
8.    Hobi menari baik tradisional maupun modern. (Dulu SD sempat mengikuti ekstrakurikuler tari,hehehe)
9.    Fanatik dengan warna gelap dan biru.
10.    Mengagumi sosok YUI Yoshioka (penyanyi Jepang) ,Nattasha Nauljam (penyanyi & aktris  Thailand) .
11.    Ngefans banget sama Deny Sumargo (pemain basket)
12.    Salah satu klub basket favorit “Miami Heat”
13.    Fanatik dengan film Thailand “Suckseed”.
14.    Gemar koleksi foto then print out.
15.    Gemar olahraga terutama bulutangkis.
16.    Tidak lahir di bulan Februari melainkan bulan Oktober.
17.    Suka mendekorasi ruangan.
18.    Suka dengerin musik sebelum tidur.
19.    Tak bisa lepas dengan headset maupun headphone.
20.    Achievements (provinsi & nasional)
21.    Tidak suka berpenampilan terlalu feminin.
22.    Tipe-tipe orang yang humoris.
23.    Suka baca buku yang menginspirasi diri. (seperti novel Merry Riana dll.)
Demikian beberapa fakta mengenai diri saya. Jika ada kurang lebihnya mohon dimaafkan ya, Readers... Khob Khun Kha~(terimakasih dalam bahasa thailand). 

Friday, June 14, 2013

Me - Love - Friendship Part 1

PROLOG

Cinta...
Akankah ku temukan dan ku raih cinta..?
Berawal dari pertemuan dan kebersamaan,
Berubah menjadi persahabatan,
Hingga timbul rasa sayang...
Akhirnya,
Benih-benih Cinta timbul mengusik kedamaian hati...

Pikiranku menerawang jauh ke angkasa, saat kupandangi indahnya lukisan malam dari atap rumahku. Ya, begitulah aku yang selalu merenung sambil berbaring di atap rumah. Bulan dan Bintang serta gelap malam dengan semilir angin setia menemaniku dalam lamunan panjangku. Khayalku terbang meresapi arti hidupku yang berliku. Aku dan sahabatku serta Cintaku....

Bagian I

    Mentari bersinar, berikan kehangatan di muka bumi. Burung-burung dengan merdunya bernyanyi. Pepohonan,bunga nan warna-warni bergerak ke kanan ke kiri seolah ikuti irama nyanyian.
    Aku genggam erat tangan Cassandra-cewek termanis dalam hidupku-dan kami pun berlari-lari kecil sambil dihiasi senyum tipis juga ria canda. Kami telusuri hamparan padang rumput nan hijau membentang. Si rumput ternyata ikut bergoyang dengan asyiknya bersama pohon , bunga diiringi kicau burung. Seolah, mereka tahu betul apa yang sedang aku rasakan. Bahagia bersama gadis tersayang. Tapi, karena asyiknya,kami justru jatuh menyatu bersama rumput-rumput hijau. Meski...dia kini tertelungkup di atas tubuhku yang terbaring di rumput. Maka kami saling bertemu, dadaku terasa sesak,adrenalin memacu ke puncak. Rasanya kami tak pernah sedekat ini. Dekat,dekat,semakin dekat, dan...akhirnya kami bertabrakan--sama-sama mancung sih...-Kami pun tersadar dan sontak saling menjauh. Dia bangun dan berikan senyum manis campur malu dan langsung berbalik,berlari tinggalkan aku,tanpa berhenti barang sejenak untuk menoleh ke belakang. Aku yang duduk terbangun hanya bisa diam,dan biarkan dia hilang dari pandangan...
   
“Kring. . . kring. . . kring. . .”
    Si Weker sudah sedari tadi berusaha bangunin aku dengan suaranya yang nge-Rock itu.
    “Argh...!!”
    Aku menggerutu seraya menyingkirkan selimut yang membalut tubuhku dan meraih jam weker “butut” itu dan ku bikin dia tutup mulut !!?
    Aku tahu kebersamaan itu cuma mimpi. Dan aku pun kembali merebahkan tubuhku ke atas tempat tidur lalu berpikir,”Apa arti mimpiku tadi?”
    “Akankah aku,kan kehilangan dia ??”,pikirku.
    “Ah, mimpi kan cuma bunganya tidur...kenapa harus aku pikirin ?Mending aku bergegas mandi, sebelum...
    Belum juga aku selesai bicara,suara yang selalu ku dengar tiap pagi datang mengahntui.
    “Tama !! Cepet bangun !!? Nanti terlambat ke sekolahnya...”,Mama mulai cuap-cuap dengan obrolan khasnya tiap pagi sambil nyiapin sarapan.
    “Iya,Ma...”, jawabku yang masih santai duduk di atas kasur.
    Aku beranjak dari tempat tidur dan masuk kamar mandi buat bersih diri.
    Tak lama, setelah kurang lebih limabelas menit di kamar mandi, aku keluar dan hanya berbalut handuk dan kaos dalam. Mandi pagi memang segar. Badan bersih,pikiran jadi fresh. Aku berjalan dekati baju seragam “biru-putih” yang menggantung di almari,yang kelihatannya juga sudah nunggu dari tadi. Ya,memang sudah 2 minggu aku nggak pake seragam itu. Kan libur akhir semester gasal...makanya,aku sering bangun telat.Baru hari ini, aku bisa pake lagi. Hari Senin yang menjadi awal perjalanan pembelajaranku di semester Genap.
    Belum juga sampai langkahku menggapai almari, siulan mirip kicau burung memanggil-manggil aku—kode etik aku dan temanku--. Suara itu ternyata telah menembus jendela kamarku. Aku pun berbalik dan berjalan menuju jendela kamar yang sudah terbuka lebar. Di jendela seberang jendela kamarku, kudapati sosok teman sejati yang memang tiap pagi “nongol” di jendela sekedar sapaan pagi ataupun bikin janji buat ngejalanin hari ini. Dia sudah berpakaian rapi. Kedua tangannya menyilang di bingkai jendela, menopang tubuhnya dan...
    “Woi...!! Kemana aja kamu? Hari pertama masuk sekolah, bukannya buru-buru buat ke sekolah,e...malah jam segini masih pake handuk ?!? Payah loe !! “,cerocosnya yang udah kaya burung berkicau di pagi hari.
    “Iya,iya..Ryan yang sok rajin !? Kamunya aja kali tuh yang kepagian,orang baru jam setengah tujuh ini. Semangat amat sih kamu !?”, sahutku yang tak mau kalah dengan cerocosnya.
“Udah deh ! Buruan sana !! Pake seragam kamu,jangan lupa minum susu, supaya sehat selalu. Ha..ha..ha..”,lagaknya yang sok nasehatin aku sambil ngakak nggak jelas gitu.
    “Yeee,sirik aja lihat orang cakep”, timpalku.
    “Hah???Ha..ha..ha..”
    Ee..dia malah tambah keras tuh tertawanya. Iya juga sih,emang nggak nyambung jawabanku. Tapi ya biarin aja,daripada kehabisan kata.
    “Woi !! Sadar dong lo !! Pagi-pagi gini udah kumat. Salah minum obat ya ?”, kataku supaya dia diam.

    “Ha..ha..ha..”
    “Ha..ha..ha..”
    Tawa itu makin keras dan menjadi-jadi.
    “Yah,udahlah! Aku siap-siap dulu!! See you,Pren !!”,kalimat terakhirku menutup debat pagi sambil melenggang menjauh dari jendela. Ya, meskipun suara itu (Tawa Ryan yang fals) masih aja bikin pusing.
    Selang sepuluh detik aku tutup mulut, suara itu udah nggak kedengeran lagi.
    “Udah mampus kali,dia”,tebakku dalam hati.
    Itulah kami,dua sahabat yang udah berteman sejak masih sama-sama duduk di bangku Taman Kanak-Kanak. Rumah kami bersebelahan. Kami saling curhat,ngobrol,bercanda dan bahkan sekedar “say hello!!” lewat jendela kamar yang berseberangan.
    Kami memang termasuk humoris. Tak jarang perut sakit cuma karena lawakan-lawakan kami yang kadang “jayus” juga sih.
    “Hah,selesai juga nih aku dandannya. Udah OK! Nggak kalah pastinya sama Cover Boy “,gumamku di depan cermin usai pake seragam dan menata rambut.
    “Iya,Cover Boy Majalah Aneka Satwa Liar!?”
Suara yang sangat aku kenal tiba-tiba maen nyambung aja. . .
    “Eh,kamu Yan? Gile bener...Abis nertawain orang,sekarang mau bikin aku jantungan ??Kayak syaiton nirrajim aja lo!? Datang nggak dijemput,pulangnya masih diongkosin...”,ejekku.
    “Kamunya tuh yang LEMOT abis...sampe aku harus rela nyusulin ke kamar kamu yang udah kayak kapal pecah!”,balasnya.
    “Biarin,daripada kamar kamu,kayak kandang kambing”. Aku nggak mau kalah.
    “E...e...e...ni anak bukannya cepet-cepet berangkat ke sekolah,malah Lomba Jajak Pendapat aja. Mau jadi politikus??”, oceh Mama yang tiba-tiba masuk kamarku.
    “Eh tante. Pagi Tante...Sori tadi nyelonong masuk. Abis ini anak Tante, dandannya kelamaan...”,rayu si Ryan.
    “Alah nak Ryan ini. Kaya nggak pernah masuk lewat jendela aja”,sindir Mama.
    “Rasain!? Hihihihi”,kataku tertawa geli.
    “Hehehehe kan saya juga anak Tante...”,jawab Ryan.
    “Anak nemu di jalan,Ma!”,sahutku.
    Mama hanya tersenyum tipis dan Ryan nunduk sok malu-malu kayak kucing.
    “Sudah,sudah,kita akhiri OLTAPARInya.”,kata Mama lunak.
    “Oltapari? Apaan sih Tante?”, tanya Ryan yang GAPTAG (Gagap Kata-Kata Gaul)
    “Olahraga Tawa di Pagi Hari.”, timpalku dengan pede.
    “O......”, Ryan mencerna kataku.
    “Ya,Bundar!?”,Mama tiba-tiba ngomong asal sembari jalan menuju pintu kamar.
    “Bundar?? Apanya yang bundar?”,tanyaku dan Ryan bersamaan seolah punya pikiran yang sama.
    “Yang bundar,ya O-nya Ryan”, Mama berbalik dan menjelaskan singkat.
    “O......”,kata kami serentak mengerti apa yang Mama maksud.
“Bundar!?”,kataku.
    “Wkwkwkwkwkkwkwkwk..”,Kami tertawa bersama.
    Aku pun meraih tas sekolah yang hanya diam di atas meja belajar. Aku dan Ryan berjalan beriringan keluar kamar,menuruni tangga,mengikuti Mama menuju meja makan buat sarapan. Ternyata Papa udah pasang muka geram karena nunggu kelamaan. Alah, Papa Cuma akting aja kok.
    “Pagi Om...”,sapa Ryan.
    “Udah lama ya,Pa?”,tegurku.
    “Nggak baru juga berapa jam”,jawab Papa datar sambil melihat jam tangannya.
    “Papa pasti sabar menanti untuk anak laki-lakinya yang satu ini. Ya kan,Pa..?”,tanya Mama mencairkan suasana.
    Papa cuma mengangguk dengan senyum tertahan menjaga aktingnya.
    “Saski mana, Ma?”, aku mengalihkan pembicaraan.
    “Dia kan “Diligent Girl”, pasti udah berangkat sekolah.”,jawab Ryan menyindir.
    “Iya,benar....”,tambah Mama.
    “Nggak kepagian apa?”,tanyaku.
    “Dia kan dapat tugas jadi dirijen paduan suara buat upacara.”,tambah Mama lagi.
    “Suaranya bagus dong,Tante?”,Ryan antusias mendalami omongan Mama.
    “O,tentu....dia kan pernah dapet juara 1 Lomba Nyanyi se-Kompleks Perumahan.”,terang Mama.
    “Wah, hebat dia ya,Tante!”,kata Ryan sok mendukung cerita Mama.
    “Tuh kan,mulai deh “ngejilat”!?, gerutuku.
    “Emang benerkan adek kamu pinter nyanyi,nggak kayak ....”,sindir Ryan.
    “Ryan !”, sentakku.
“Hayo...STOP!! Saatnya makan pagi. Tuh, nasi goreng Tante udah mulai dingin. Kalian sih,debaaaaat terus. Nggak abis-abis.”, Mama menghentikan perang mulut kami.
    Papa yang dari tadi kita “kacangin” sekarang tambah dingin. Wajahnya pun sampai tak kelihatan tertutup koran harian pagi ini. Kelihatannya asyik sekali ngebaca beritanya.
    “Beritanya bagus ya,Pa? Ada berita apa aja? Jakarta banjir?”,tanyaku melelehkan Papa yang diam kayak es.
    “Hm...”,jawab Papa.
    “Serius amat. Sampe nggak dijawab. Sini,coba lihat!”,kataku sambil narik koran di hadapan Papa.
    Baru juga koran sampai di tangan. Aku,Ryan dan Mama langsung takjub. Ternyata, Papa diam karena asyik nikmatin nasgor buatan Mama,menu santap pagi hari ini,di balik koran yang hanya kamuflase Papa untuk menutupi ke-enjoyannya. Aduh,Papa.....Papa......Sontak kamipun tertawa bersama.


    Itulah,keakraban di pagi hari yang senantiasa menghiasi awal langkahku menapaki hari-hariku. Karena tetangga yang dekaaaat banget,jadi bukan hanya aku dan Ryan yang sahabatan. Malah, keluarga kami udah kayak saudaraan. Saking deketnya,sampe-sampe kalo sarapan “Noempunk !!” [baca : numpang]. Kadang,aku numpang sarapan di rumah Ryan, dan sebaliknya Ryan juga sering kok numpang sarapan di rumah aku. Ya,kayak pagi ini contohnya.
    Usai santap pagi,aku dan Ryan melangkah seirama keluar pekarangan rumahku.Eitzz,tunggu dulu...di rumah seberang rumahku ada penampakan!! Tapi bukan hantu...do’i bidadari yang turun dari kahyangan dengan balutan busana biru-putih rancangan DEPDIKNAS !? Dia, Cassandra...
Kau bidadari
jatuh dari surga di hadapanku,
EA...
Kau bidadari
jatuh dari surga tepat di hatiku,
EA...
So baby please be mine!
Please be mine, Oh..mine
Karna hanya aku
Sang pangeran impianmu...
(Coboy Junior-Ea)
Sosok cewek impianku menampakkan dirinya dengan gaya Highclass banget...Senyum manisnya menambah semarak pagi ini.
    Wahhh Aku jadi tambah semangat menjalani hari ini. Menyadari akan hal itu, langkah kakikupun terhenti. Jantung berdetak kian cepat seolah tak ada sela untuk bernapas. Aku hanya melongo dan menatap penuh penghayatan sosok gadis manis itu. Dia...semakin dekat...rasanya. Andai itu nyata!!
    “Pagi,Tama...”,sapa Cassandra dengan tambahan senyum manisnya.
    Tapi aku masih saja menyelami lamunanku dan tanpa sadar aku menjawab salam pagi darinya yang kukira Cuma “Fiktif Belaka”.
    “Pagi manis...”, jawabku tak sadar dan pandanganku yang masih kosong.
    “Tam,Hallo...Hei,kenapa kamu?”,sambut Sandra heran serta berusaha sadarkanku dengan lambaian tangannya tepat di depan mukaku.
    “Hah!”, Aku tersadar, muka pun memerah saat sadar Sandra di depan mataku.
    “Aduh! Pagi-pagi gini pikiran kamu udah jalan-jalan ke Eropa deh kayaknya. Ampuuuunn”, Sandra meledekku.
    “Hehehehe. Sori,San! Aku terhanyut.”, timpalku dengan sedikit cengengesan. Meski dalam hati aku senang dia ada di dekatku dan bukan sekedar mimpi. Berbunga rasa hatiku.
    “Terhanyut di sungai kalee...Hihihihi”, sambung Sandra jenaka membuat kami tertawa berdua.
    “Woi! Sungguh teganya dirimu, teganya,teganya,teganyaaa ngacangin si cakep ini!”, potong Ryan tiba-tiba.
    Kami yang lagi asyik tertawa berdua menjadi tertegun memandangi Ryan.
    “Kasihan banget sih kamu,Yan.”, celetukku dalam hati.
    “Aduh,kaciaann...Sini,ayo Sandra temenin. Tapi jangan nangis lagi ya...”, kata Sandra dengan sok lemah lembut sembari mendekati Ryan yang bersandar di bawah pohon—Wah,kalo dipanjat bisa GAWAT!! Nanti disangka KONGKING lagi...—“
   
Ryan kaget,matanya pun dibuka lebar-lebar sambil bibir diangkat separo mengisyaratkan heran yang luar biasa. Aku hanya tersenyum tipis dan mengikuti Cassandra mendekatinya.
    “Maksud lo??”, tanya Ryan yang masih heran.
    Cassandra menghampiri, lalu menepuk pundaknya sambil senyum-senyum manis pastinya.
    “Udah, ayo berangkat ! Udah kesiangan nih kita.”, ajak Sandra mengalihkan pembicaraan dan tentu dibarengi senyum.
    Ryan masih heran aja. Mukanya bingung banget—Nggak tau sih,beneran atau dibuat-buat—Dia cuma diam tanpa ekspresi yang gimana-gimana karena sibuk sama si HERAN.
    “Dagh...”,sapaku sambil melewati Ryan yang masih terperanjat itu, mengikuti langkah Cassandra yang jalan duluan di depanku.
    “Tama....Sandra....Gimana sih? Jangan tinggalin aku dong!”, suara Ryan mengalun mengikuti larinya mengejar kami.
    Aku,Ryan,Cassandra, tiga orang sahabat yang selalu bersama menghadapi hari-hari dan menebarkan kebahagiaan,kegembiraan,dan mungkin kasih sayang di dalamnya.
    Bertiga, kami bersama melaju dalam derap senada menuju “GRAHA ANUGERAH”,sekolah kami sejak dari TK,SD,SMP,sampe SMA kini. Letaknya hanya 250 meter dari kompleks perumahan kami. Sekolahnya cukup luas,cukup bagus mutunya,cukup baik siswa dan gurunya,cukup indah,cukup rapi,cukup asri,cukup bersih,ya....pokoknya semuanya cukupan,deh! –Cukup bosen juga belajar di Yayasan ini,kan TK,SD,SMP dan SMA udah sekalian dalam satu kompleks sekolahan gitu.-
    “Eh,udah hampir pukul 07.30 nih!! Baiknya kita lari aja yuk! Sekalian pemanasan.Gimana?”, tantang Cassandra buat ngeburu waktu.
    “Serius kamu nantangin kita lari? Nanti kamu nggak kuat lagi...”,sambutku nggak yakin.
    “OK !? Siapa takut?? Tak jabanin dah...”, Ryan semangat dan sedikit sok gitu.
    “Aku yakin, aku nggak akan kalah sama kalian. Gue itung ya? 1....3! Come on...”,Cassandra mengaba.
    Serentak kami bertiga lari sekuat tenaga. Ryan udah ngebut duluan. Aku sedikit melambat menemani Cassandra yang udah ngos-ngosan. Aku berlari di sampingnya.
    “San,kamu yakin masih kuat? Jangan dipaksain deh! Kan kasihan kamunya.”, bakat sok care-ku mulai muncul.
    “Mau gimana lagi,Tam!? Kita kan harus ngejar waktu...nggak mau kan hari pertama masuk sekolah udah dihukum??”,jawab Cassandra yang terus menguatkan diri untuk berlari.
    “Tapi,San. Aku nggak mau kamu kenapa-napa.”,bantahku.
    “Tam....kamu ada apa sih? Sok care banget sama aku. Biasanya kan kamu nggak mau kalah sama Ryan. Kamu udah di overlap tuh..”,larinya perlahan mulai melambat.
    “Aku...sebenernya Aku...Heh,kamu jangan kegeeran gitu,deh. Aku tuh Cuma kasian sama kamu. Nggak lucu deh nanti kalau ada berita miring,’ Tama anak kelas XI A yang juga seorang aktor tampan berbakat membiarkan gadis belia teman sekelasnya terkapar di pinggir jalan. Gimana Hayo??”, kataku dengan pede untuk nutupin perasaanku yang sebenarnya.
    “Pede lo...”,sahutnya.
    “Akhirnya sampai juga...Huh...”, sambung Cassandra dan berhenti tepat di depan pintu gerbang lalu menghela napas panjang serta tangan kanannya menyaku peluh yang mulai bercucuran. Begitupun aku. Capek juga ngoceh sambil lari. Tapi, nggak apa-apa kan demi Cassandra.
Baru sepuluh detik kurang lima detik, di pintu gerbang terlihat pak satpam bersiap menutup akses kita menuju sekolah.
    “Pak....tunggu!! Jangan dikunci dulu gerbangnya!”, teriak Sandra mencegah Pak Satpam,spontan lari meraih gerbang.
    Aku terus mengikutinya tanpa komentar apa-apa.
    “Yap! Tepat waktu! Kalo terlambat dua detik saja,kita bakal pulang dan sia-sia pelarian kita.”.kataku saat berhasil melewati gerbang.
    “Untung-untung..Ya udah! Ke kelas yuk.Kan tiga menit lagi upacara bendera dimulai.”, timpal Cassandra.
    Kami pun bergegas menuju kelas. [Eh, tau nggak Ryan kemana? Emang rese tuh anak. Pas, kami nyampek di kelas,dia udah sibuk nasehatin temen-temen dengan celotehannya tentang piket kelas].—Maklum,ketua kelas.


  “Teng...teng...teng...”,bel jam istirahat berbunyi.
    Secara serempak,di hampir tiap-tiap kelas,anak-anak berhamburan keluar. Sepertinya udah pada lapar kali. Abis,setelah upacara bendera selesai,gurunya pada sibuk rapat sendiri...Jadi,jam kosong terus. Sebagai siswa yang baik,tentu nggak mau ketinggalan manfaatin jam kosong. Meskipun cuma di dalam kelas, tapi rasanya udah kayak di Pasar!? Ada yang bikin grup genjrengan gitar-meski lumayan fals dan berantakan-ada yang asyik main poker,terus cewek-cewek yang seru-serunya ngrumpiin cerita liburan,sampai ada juga yang main kejar-kejaran plus petak umpet. So,kelas jadi gaduh banget. Dan mungkin sekarang mereka pada kehilangan energi buat itu. Makanya, langsung aja buru-buru ke kantin.
    Aku,Ryan dan Cassandra jalan belakangan. Yah,daripada desak-desakan sakit semua,mending belakangan asal nyaman. Kami berjalan bertiga udah kayak ‘charlies angel’. Namanya juga temen deket. Ya kemana-kemana deketan dan nggak bisa jauhan dong.
    “Eh,San..gimana cerita liburan kamu? Ada yang seru nggak?”, aku memulai pembicaraan.
    “Ya,lumayan...”, jawabnya.
    “Lumayan, emang kamu pas liburan makan soto di warung soto Pak Tohar ? Iya, emang enak banget..Aku aja sampai nambah dua porsi”, si Ryan mulai kumat.
    “Aduh,Ryan...kamu tuh garing juga ya”, ledek Cassandra.
    “Tau nih,dari pagi udah konslet aja.”, sambungku.
    “Maap-maap,just kidding,Bro...!!”, sahutnya.
    “OK,lanjut...”, tambah Ryan.
    “Waktu liburan di rumah nenek di Lembang, aku main hujan-hujanan. Tapi, bukanberarti aku masa kecil kurang bahagia. Aku,Cuma pengen tau aja gimana dan apa yang bisa aku dapat dari hujan. Ya,nggak beda jauh kayak Bunga Citra Lestari di film Cinta Pertama (Sunny). Hehehe..”, ceritanya hingga menutup perjalanan ke kantin.
    “Ah,kamu ini ada-ada saja,San!”, komentarku sambil berjalan beriringan sama mereka menuju meja kosong di sudut kantin.
    “Eh,aku pesen makanan dulu ya..”,Ryan lari ke arah meja menu.
    “Yang biasa,Yan...”,kataku.
    “Siip.”, tanpa noleh ke belakang dan terus bergegas.
    “Terus gimana ceritanya...”,tanyaku ingin tahu berlanjutan cerita Cassandra.
    “Nah,waktu itu hujannya gerimis doang dan angin juga bertiup sepoi-sepoi,terus aku lari ke tengah halaman dan berdiri disana tanpa alas kaki. Tanganku merentang,daguku sedikit diangkat,dan mataku terpejam. Aku berusaha merasakan dalam-dalam, apa yang bisa aku dapatkan dari hujan. Angin semilir dengan cukup membawa hawa dingin menerpa rambut panjangku ini,yang kebetulan aku gerai. Aku mulai tarik napas dalam-dalam untuk berusaha memaknai hujan lebih dalam.”, ceritanya serius sambil berpose seperti apa yang dia ceritakan.
    “Eh,San. Jangan terbawa emosi gitu dong...Nanti diliatin temen-temen.”, Aku berusaha menyadarkannya.
    “Hah..eh,iya...hehehehe sori-sori.”, Cassandra cengengesan dan duduk lagi di kursinya.
    “Huh,untung nggak ada yang merhatiin kamu.”,sambutku.
    “Tapi,masih ada kelanjutannya...Pas aku lagi asyik-asyiknya nih,tiba-tiba suara Pak Bejo,tukang kebun rumah nenekku mengejutkan aku. Tau nggak dia bilang apa? ‘Lho,neng kok udah gedhe masih ujan-ujanan. Nanti bisa masuk angin lho...’”,ceritanya dengan sedikit gaya malu dan lucu.
    “Hahahahaha”, tawaku spontan.
    “Pak Bejo ternyata udah ada di depanku dan tentunya sedari tadi dia mengetahui gerak-gerikku. Aku langsung buka mata, bibir melongo dan tanganku yang merentang langsung aku turunkan serta wajahku udah merah padam nggak tau mau apa. Aku cuma bisa cengengesan doang. Dan Pak Bejo juga cuma senyam-senyum ke aku...hihihi.Kasihan banget ya aku...Mungkin kalo ada kotak sampah di dekatku,udah aku masukin kepala aku ke dalamnya saat itu juga. Gilaaaaa malu bangeeetttt”, ceritanya semakin menggebu.
    “Hahahahahaha kenapa kamu nggak langsung lari masuk rumah aja sih?”, dengan masih tertawa aku bertanya.
    “Ya jelas dong !? Abis kepergok,aku cengengesan dengan muka malu, dan langsung berbalik arah lari masuk ke rumah. Hahahahaha.Aduh malu-maluin juga ya tingkahku.”, jelasnya diiringi tawa    .
    “Makanan datang....Seru amat,ngomongin apa? Pasti ngomongin aku yaaa??”, Ryan datang dengan tiga mangkuk bakso dan tiga gelas es jeruk dalam baki yang dibawanya.
    “Ah, udah. Nggak usah dibahas lagi,mending kita santap dulu nih apa yang ada di hadapan kita.”, alih Cassandra.
    Kami pun bersama menikmati bakso ibu kantin yang lumayan enak...
    